Dulu, status sosial diukur dari barang yang dimiliki: mobil mewah, rumah besar, atau pakaian branded. Namun kini tren bergeser ke Experience Economy — ekonomi yang berfokus pada pengalaman, bukan kepemilikan.
Generasi milenial dan Gen Z lebih suka menghabiskan uang untuk traveling, konser, workshop, atau kuliner unik, dibanding membeli barang mahal. Bagi mereka, pengalaman menciptakan kenangan lebih berharga daripada benda fisik.
Apa Itu Experience Economy?
Experience Economy adalah tren ekonomi di mana konsumen membayar untuk pengalaman, bukan sekadar produk atau jasa. Fokusnya pada emosi, kenangan, dan keterlibatan personal.
Contoh: menghadiri konser Coldplay lebih bernilai dibanding membeli merchandise mahal.
Mengapa Experience Economy Populer?
- Generasi Baru – Milenial & Gen Z lebih menghargai momen daripada barang.
- Media Sosial – Pengalaman lebih mudah dipamerkan dibanding barang.
- Kesehatan Mental – Aktivitas sosial & pengalaman meningkatkan kebahagiaan.
- Globalisasi – Akses traveling & event lebih mudah.
Manfaat Experience Economy
- Lebih Bahagia – Studi menunjukkan pengalaman meningkatkan kebahagiaan jangka panjang.
- Relasi Sosial – Momen bersama memperkuat hubungan.
- Lebih Berkelanjutan – Lebih sedikit konsumsi barang fisik.
- Identitas Pribadi – Pengalaman unik menjadi bagian dari jati diri.
Studi Kasus
- Airbnb – Menjual “pengalaman lokal” selain akomodasi.
- Festival Musik – Coachella, Tomorrowland, jadi simbol gaya hidup generasi muda.
- Wisata Kuliner – Orang rela membayar lebih untuk pengalaman makan unik.
Tantangan
- Biaya – Pengalaman eksklusif sering lebih mahal.
- FOMO – Fear of Missing Out bisa menimbulkan stres sosial.
- Komodifikasi – Risiko pengalaman jadi sekadar produk komersial.
Penutup:
Experience Economy adalah wajah baru gaya hidup modern. Generasi sekarang membuktikan bahwa kebahagiaan sejati datang dari momen, cerita, dan pengalaman — bukan sekadar dari benda.