Baterai kini jadi jantung peradaban modern, dari smartphone hingga mobil listrik. Tak heran jika muncul fenomena ekonomi baterai dunia, di mana negara-negara saling berebut menguasai sumber daya litium, kobalt, dan nikel.
Tiongkok mendominasi produksi dan pengolahan bahan baku baterai, sementara negara-negara Afrika menjadi penyedia utama sumber daya mentah. Kondisi ini menciptakan ketergantungan besar bagi Eropa dan Amerika.
Keunggulan baterai adalah perannya dalam transisi energi. Tanpa baterai, energi terbarukan seperti surya dan angin sulit disimpan dalam jumlah besar.
Namun, eksploitasi tambang menimbulkan masalah lingkungan serius. Banyak wilayah hancur akibat penambangan litium, dan pekerja anak masih ditemukan di tambang kobalt Afrika.
Beberapa negara mulai berinvestasi dalam teknologi baterai alternatif, seperti sodium-ion atau solid-state, yang lebih ramah lingkungan.
Jika berhasil, ekonomi baterai bisa beralih dari perebutan tambang menjadi kompetisi teknologi.
Namun, selama itu belum tercapai, dunia akan tetap bergantung pada segelintir negara penguasa bahan baku.
Ekonomi baterai bukan hanya soal energi, tetapi juga soal geopolitik global.